Judul : Pulang
Penulis : Tere Liye
Terbit : September 2015
Tebal : 400 halaman
Penerbit : Republika
Tentang kesetiaan, kedamaian hati dan perebutan kekuasaan. Makna yang terangkum dalam novel Pulang garapan Tere Liye kali ini. Empat ratus halaman yang penuh dengan ketegangan dan keluasan berfikir. Emosi yang secara fluktuatif saya rasakan saat membaca novel ini. Dua puluh lima bab yang disusun secara brilliant oleh sang penulis.
Cerita bermula dari perburuan babi hutan di dasar rimba Sumatra. Pemilihan setting tempat yang sudah menjadi ciri khas penulis. Baru dan terasa asing. Namun menjadi kekuatan dari setiap cerita yang dikisahkan Tere Liye.
Waktu itu, saat Bujang berumur 15 tahun. Saat Tauke Muda beserta rombongannya mengunjungi Samad, bapak si Bujang. Ajakan berburu dari Tauke Muda diterima dengan hati gempita. Larangan dari Mamak selama ini untuk masuk ke hutan telah membuat penasaran tingkat tinggi bagi si Bujang. Maklum, Bujang anak satu-satunya dari keluarga tersebut. Penaklukan seekor babi jantan berukuran raksasa, bak monster babi, menjadi bukti telah lahir seorang Bujang yang tidak memiliki rasa takut.
Bujang si Jagal dunia hitam
Momen penaklukan babi raksasa itu mengantarkan Bujang memasuki awal perjalanannya di dunia “shadow economy” bersama Tauke Muda. Di dunia hitam ini Bujang mengenal Baasyir “Si Penunggang Kuda Suku Bedoin” jagal keturunan Arab. Bujang bertemu Frans yang mengujinya dengan sederet tes yang tidak ada kaitannya dengan dunia hitam. Bujang memiliki banyak guru; Kopong yang mengajarinya bagaimana bertinju, Guru Bushi, didatangkan dari Jepang, untuk mengajarkannya bagaimana menggunakan pedang samurai.
Bujang, dengan otak yang cerdas, selalu terlibat dalam penyelesaian konflik tingkat tinggi, terutama dalam penyelesaian konflik dengan Keluarga Lin, musuh utama Keluarga Tong. Pada setiap penyelesaian konflik, Bujang kerap melibatkan White; sang mantan marinir, Si kembar, Yuki dan Kiko ;gadis dengan wajah imut yang merupakan cucu dari Guru Bushi. Setiap pertempuran mereka selesaikan dengan apik dan cantik.
Pertempuran di dunia hitam akan terus berlanjut hingga salah satu keluarga memiliki kekuasaan tak terbatas. Konflik demi konflik dilalui Bujang. Bujang merupakan generasi ketiga dari tukang pukul Keluarga Tong. Kakeknya, Si Mata Merah, Bapaknya Si Kaki Satu, dan Bujang si Babi Hutan. Darah tukang pukul memang sudah mengalir dalam dirinya.
Pelebaran sayap kekuasaan bisnis dan peningkatan kekuatan dari Keluarga Tong didukung oleh pemikiran Bujang yang jenius di dunia pendidikan. Bujang lulus di universitas terbaik. Pundi-pundi kekayaan Keluarga Tong semakin meningkat bak bola salju. Ide-ide cemerlang terlahir dari buah pikir lulusan master Amerika ini. Tak hanya satu, namun sekaligus dua master. Tak heran, investasi keluarga Tong semakin memuncak. Tauke membekali Bujang dengan latihan soft skill yang tiada henti. Setelah Kopong, Guru Bushi, ada juga Salonga, dari Manila, yang mengajarkan teknik jitu dalam menembak. Bujang semakin matang dalam pemikiran dan mumpuni menjadi petarung nomor satu di dunia hitam.
Kisah ini semakin terasa puncak dan menguras sisi emosianal pembaca saat pembelotan yang dilakukan oleh pihak intern. Pembelotan menjadi musuh dalam selimut dalam dunia bisnis, terlebih dalam dunia hitam. Terlebih pembelotan karena dendam masa lalu.
Pengkhianatan ini juga yang membawa Bujang ‘pulang’ lewat orang-orang di masa lalu terkait Bapak dan Mamaknya. Peran Kopong dan Tuanku Imam sangat banyak membantu. Pengkhianatan dan penyerangan itu banyak menelan darah dan nyawa. Perebutan kekuasaan selalu tidak bisa dibayar dengan mudah.
Kelihaian penulis dalam mengaduk emosi pembaca juga tampak dalam alur maju mundur yang disusun sedemikian rupa. Tere Liye begitu lihai dalam menyusun bab cerita. Pengkhianatan bagian satu dimulai di halaman 243 diberi jeda satu bab untuk flashback ke masa lalu. Dilanjutkan dengan penghkhianatan bagian 2 di halaman 279, seakan saya sedang menonton film action yang emosi marahnya ikut tertahan.
Tukang pukul juga manusia. Punya rasa punya hati.
Bujang si Jagal nomor satu, yang tidak memiliki rasa takut, tiba-tiba jiwanya menjadi lumpuh. Sang ibunda “Mamak” pergi pulang menepati janji dengan Sang Pemilik Waktu. Separuh jiwa Bujang hilang. Dan sisi emosional Bujang kembali tergerus saat Samad, Bapak Bujang, menyusul mamak. Menghadap yang Kuasa. Dan lapis pertahanan terakhir semangat dari Bujang pun dilumat habis oleh kepergian Tauke. Tukang jagal juga manusia, punya hati yang lebih mudah tersentuh. Seluruh kebahagiaan serasa terserap hilang di telan bumi bak spons yang menyerap kering, air diatas permukaannya, saat yang dicintai pergi.
Tentang Kesetiaan
Di kisah ini menggambarkan bahwa dunia hitam adalah dunia bisnis yang sangat erat dengan sebuah kata mantra ’kesetiaan’. Kesetiaan terhadap atasan. Kesetiaan terhadap tanggungjawab. Dan kesetiaan terhadap masa lalu. Bujang merupakan tokoh yang menerapkan kesetiaan dalam segala sisi kehidupannya. Kesetiaan pada janji Mamak untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman haram. Kesetiaan cinta sang Bapak pada Mamak, setelah lima belas tahun ditolak. Kesetiaan yang mampu melahirkan perebutan kekuasaan. Kesetiaan pada prinsip. Dan bentuk kesetiaan – kesetiaan lainnya.
“Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetian-kesetiaan terbaik lainnya” (halaman 207).
Rasa takut adalah anugerah
Dalam dunia hitam, rasa takut menjadi musuh terbesar untuk menghabisi lawan. Rasa yang tidak boleh dimiliki oleh seorang jagal nomor satu. Namun rasa itu pulalah yang menjadi alasan utama Bujang, si Babi Hutan” untuk pulang. Pulang, kembali kepada fitrahnya, kepada hakikat sejati (halaman 24).
Pesan yang dibawa kisah ini sangat terasa. Misalnya saja : “Tidak mengapa rasa takut itu hadir, sepanjang itu baik, dan menyadari masih ada yang memegang takdir, menitipkan sisa usaha pada takdir Tuhan” (halaman 343). Rasa takut itu adalah anugerah.
Melalui novel ini saya banyak mengenal alat bela diri mulai dari shuriken, pistol, samurai, trisula, kusarigama, sabit, sabit rantai, katana, hingga khanjar yang baru pertama kali saya dengar. Menarik!. Selain itu, belajar tentang potensi manipulasi berita dalam sebuah perebutan kekuasaan atau pergolakan ekonomi. Belajar tentang shadow economy. Banyak sisi pengetahuan yang bisa diserap dalam novel ini, mulai dari politik, ekonomi, action, dan religi.
Beberapa jenis senjata yang digunakan dalam cerita novel ini.
Pulang, sebuah judul yang sederhana yang menyelimuti cerita yang sangat tidak sederhana. Novel yang sangat cocok menjadi teman hati untuk jiwa-jiwa yang merindu damai dalam hati. Agar mampu memeluk setiap hal memilukan dan menggembirakan. Berdamai dan berlapang dada menerima apapun yang terjadi dalam hidup. Bahwa setiap ujian kesakitan dan kepedihan dalam hidup menjadi jembatan paling mahal untuk kembali kepada fitrah.
Mau ikutan “Pulang” ?, silahkan nikmati santapan bergizi ala chef Tere Liye ini 🙂
Aku pernah baca buku Tere Liye dengan tokoh anak-anak. Penceritaannya memang apik. Kadang, penulis tertentu main aman di genre tertentu, tapi kayaknya Tere Liye multitalent, ya, Mbak. Cerita dengan berbagai pergolakan begini pun bisa dikemas dengan menarik.
Bangeeeettt bneeerr banget mba fifah.. biasanya aq suka baca genre cinta, tp yang ini gak kalaaahh.. kereen abiiss. kayk nonton film action 🙂
huwa, jadi kepengen baca buku Tere Liye lagi 🙂 sepertinya menarik sekali, ngebuut boo 400 halaman, setebal buku rindu juga ya 🙂 goodluck des
hahhaa ngebuuttt ples jungkir baliikk hahaha, kalo rindu 600 hlmn kak, aamiin, smoga nyangkut jd pemennag ya kak 🙂
Mba Desi, book review-nya keren. Jadi endingnya gimana? 🙂 Aku suka buku Tere Liye. Dari dulu aku mau review ‘Pulang’ belum kesampean aja
Endingnyaaa.. Si Bujang ‘pulang’ mba 🙂 hayuuk mbaa, challenging bgt emang buat review ya 🙂
Kayaknya isinya berat ya mbak.
Aku blm pernah nih baca buku Tere Liye 😀
lumayan mba mel, hayoo baca buku Tere Liye, sarat sama makna kehidupan 🙂
Keren banget reviewnya say, detail bahkan sampai story behind story, about the guns, jempool deeh.
jadi kepengin baca nin novelnya, hehehe
iyaaa maakkk, boleh2 pake punya akuu.. tp masih antri nih di kosan
Wahhh jadi pengen baca bukunya meski pun sudah lama nggak baca novel yang tebel2 karena sibuk dengan krucils di rumah 🙂
makasih review-nya ya mba..
hihi.. iya mbaa, krucil lebih utama. tp buku ini recommended bgt
Bahasa resensi nyeni. Baca cuplikan ceritanya bikin penasaran mau baca.
trimakasih mba vina..nyeni n nyastranya masih belajar mba 🙂
review mu super lengkap des bikin orang pengen melahap Pulangnya Tere Liye, kalo gak salah suami ku punya, ntar aku liatnya
ayuuk baca kak ev, iyaa mas Mohyiyi pernah uplot fotonya aq liatt 🙂
Bacanya sambil ngintip, takut ada spoiler. Ternyata gak ada. Aku blm baca soalnya dan sepertinya wajib baca nih.
hehehe silahkan baca novelnya mba 🙂
Mbak Desi juga suka buku Tere Liye ya? Saya juga
Yang Rindu belum selesai nih kubaca… tebal aja hehehe
hehe iya mak 🙂 haha rindu ada 600 halaman, 200 halaman lbh bnyk dr novel Pulang ini 🙂 semangaaat 🙂
pulang. jadi pengen pinjem …mau gretong ajeh
boleeh boleehh maak, lg dibaca anak kosan dulu ya mak syg 🙂
Lagi liburan di rumah asyik nih baca2 bukunya Tere. Ini ceritanya sangat menarik. Si tukang pukul yang melemah karena tersentuh ketika ortunya meninggal. Ada rasa gemas dan sedih
iyap bneerrr, klo liburan enaknya stay d rumah. kok jd gemes kak?
Reviewnya keren Dek
Makasih kak Ani 🙂
Allhamdulillah kalau masi hpuya rasa ya walau tukang pukul 🙂
Hahaha ia mak lidia, tukang pukul yg ini punya hati berbie 🙂